Monday, March 29
Pajak dikorupsi, apa kata dunia?
Baru-baru ini terungkap dugaan kasus korupsi yang dilakukan oleh seorang oknum di dirjen pajak bernama Gayus Tambunan. Nama ini mencuat setelah mantan Kabareskrim Susno Duadji menyebut beberapa nama yang terindikasi melakukan mafia kasus di lingkungan mabes Polri yang kemudian mengarah kepada oknum Gayus. Dugaan kasus ini sangat menggemparkan karena kasus mafia pajak ini tak tanggung-tanggung melibatkan uang 25 miliar rupiah. Dan yang lebih mengejutkan lagi, oknum tersebut mengatakan kepada satgas anti mafia hukum bahwa korupsi pajak ini tidak dilakukan sendiri olehnya, tetapi juga melibatkan rekan-rekannya di dirjen pajak dan bahwa hal semacam ini "sudah biasa". Akibat dugaan kasus korupsi pajak ini, muncul reaksi keras dari masyarakat. Masyarakat tak terima karena mereka merasa pajak yang mereka bayar dengan mudahnya dikorupsi oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab di lingkungan kantor pajak. Mereka mengritik Departemen Keuangan yang lalai dalam melakukan pengawasan di lingkungan dirjen pajak. Komunitas dunia maya yang tergabung dalam Facebook bahkan mengampanyekan gerakan anti pajak. Menurut beberapa pernyataan para pengamat hukum, korupsi di dirjen pajak rawan dilakukan karena lemahnya sistem pengawasan di lingkungan internal dan regulasi menteri keuangan yang membuat pengadilan pajak sangat eksklusif. Artinya pengadilan pajak terdiri dari hakim-hakim yang notabene adalah orang-orang yang pernah bekerja di kantor pajak. Selain itu, pengadilan pajak tidak bisa diakses oleh Mahkaman Agung karena regulasi yang dibuat oleh DepKeu. Sistem seperti ini, menurut pengamat, memberi peluang terhadap negosiasi antara wajib pajak dengan oknum pajak untuk "bermain-main" yang berakibat pada kerugian negara. Adalah tanggung jawab DPR untuk membenahi undang-undang perpajakan. Semoga korupsi semacam ini tidak terulang lagi. Masyarakat sudah lelah dengan semua beban biaya hidup yang tinggi dan kemiskinan sementara orang-orang di atas sana memperkaya diri dengan cara-cara yang tidak bisa dibenarkan. Semoga... |
posted by Splinters of Thoughts at 8:39 PM
